Sri Hartini, S.Pd.I. (Duki No. 187)
SDN 010 Sangatta Selatan, Kutai Timur
Review Komik “MASA DEPAN TIDAK INSTAN”
Masa SMA menjadi masa yang paling indah dalam tahap perkembangan diri manusia. Masa dimana insan mulai merasakan ketertarikan dengan lawan jenis, masa mencari sahabat sejati dan masa dimana mulai mengenali jati diri. Masa ini sangat rentan dengan gangguan dan godaan baik yang bersifat terang-terangan maupun tersembunyi.
Sebagian remaja tetap teguh dengan pendiriannya, namun ada pula yang terdampar akibat mengikuti arus negatif dari berbagai pihak yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap masa depan mereka. Terlebih ketika mereka telah mencapai tahap akhir masa SMAnya, dimana anak diharapkan dapat mencapai tahap kemandirian. Waktu dimana mulai terombang-ambing dengan keinginan hati antara melanjutkan kuliah atau ingin terjun langsung ke dunia kerja. Pengambilan keputusan pada masa itu, akan sangat menentukan masa depannya.
Untuk mengatasi hal tersebut, sebagiaan sekolah memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk mendapatkan sosialisasi dari beberapa instansi perusahaan maupun universitas agar mereka memeliki gambaran setelah kelulusannya. Melalui sebuah komik seri pendidikan yang berjudul “MASA DEPAN TIDAK INSTAN” bisa dijadikan metode jitu untuk siswa, agar mampu memahami dan memberikan gambaran akan masa depan dengan mempersiapkan diri sejak dini.
Komik yang ditulis oleh team Komik Pendidikan.id melalui aplikasinya ini menceritakan tentang kisah dua remaja SMA yang sedang asyik menjalani masa remajanya. Dua sahabat dari seorang anak buruh pabrik ini memiliki pola pikir yang saling bertolak belakang dalam menikmati masa remajanya.
Sosok surya yang memiliki pemikiran jauh ke depan dalam mempersiapkan masa depan, menjadikannya seorang remaja pekerja keras dan selalu semangat dalam menjalani hari-harinya. Ia adalah remaja yang memilki ambisi kuat dalam mencapai cita-cita. Ia bahkan rela menahan diri menyisihkan uang sakunya untuk ditabung demi biaya masuk universitas, yang sebenarnya bisa ia gunakan untuk jajan serta menikmati masa bermain bersama teman-temannya.
Tak hanya sekedar menabung dari uang saku, diusianya yang masih kelas sepuluh ia pun mengisi waktu luang dengan bekerja paruh waktu di sebuah kedai kopi untuk menambah tabungan dalam mempersiapkan kuliah. Dengan bertambah kesibukannya menjadi barista, ia tetap membagi waktu belajar dan bekerja, sehingga perkerjaan sampingan yang ia lakukan tak akan membawa masalah bagi sekolahnya.
Lain kepala lain pula pemikirannya. Begitu yang dijalani Wisnu sang sahabat. Ia lebih memilih untuk menikmati masa SMAnya untuk bersenang-senang dan berfoya-foya tanpa memikirkan masa depan yang baginya itu masih jauh dari bayangannya. Ia lebih suka menggunakan uang sakunya untuk bermain game. Hingga tiba waktunya, ia hanya dapat mengandalkan keluarga untuk membiayai masuk universitas.
Ia pun mengalami kendala masuk universitas negeri karena tak lolos seleksi. Remaja yang kurang memiliki semangat juang ini akhirnya masuk universitas swasta yang tentunya biaya masuk lebih tinggi dari universitas negeri. Ditengah kegagalannya ini, ia hampir putus asa karena tak cukup biaya, ia berkeinginan bekerja dahulu agar dapat menabung untuk masuk kuliah tahun depan.
Namun berkat kedermawanan sang Surya, Wisnu mendapat pinjaman uang dari sahabatnya tersebut, sehingga ia berkesempatan untuk kuliah di tahun yang sama.
Surya yang memiliki sifat rajin dan pekerja keras dalam bekerja dan belajar, kini tengah menikmati hasil dari jerih payahnya. Ia mendapatkan beasiswa serta diangkat menjadi supervisor di kedai tempat ia bekerja paruh waktu. Demikian komik kisah dua sahabat yang dapat kita ambil hikmah di dalamnya. Sungguh usaha tidak akan pernah berbohong. Sebuah keberhasilan tergantung dari proses kita dalam berusaha yang tentunya diimbangi dengan doa kepada sang Pencipta. Orang yang tak pernah merasakan kesulitan dan kesengsaraan dalam hidup, ia tak akan pernah dapat merasakan bagaimana indahnya suatu keberhasilan. Lebih baik berakit-rakit ke hulu, berenag-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.